[Korean Fanfiction/ Straight/ Series] Never Reachable (Chapter 5 – Insomnia)

poster Never Reachable chapter 7-9 copy

Title       : Never Reachable

Author : Kim Saena a.k.a Devi

Rating   : PG13/ NC17, Straight

Length  : Series

Genre   : Romance, Angst, Drama, Family, Married Life, Tragedy

Cast       :

Main Cast :  Luhan

Han Heeyoung (Original Character)

Park Jihyo ( Original Character)

Support Cast      :  Oh Sehun

Park Chanyeol

Kim Myungsoo

Nam Woohyun

Other Cast          : FIND BY YOURSELF!

Disclaimer :          The casts is belong to God, their entertainment, and their parents

It’s just for fun. Please don’t sue me.

 If you don’t like this fanfic please don’t bash. Don’t Like… Don’t Read.

Please don’t take this fanfic without permission from me.

If you want to take this fanfic, please take with full credit.

Summary :  Han Hee young selalu bermimpi untuk menjadi istri dari Luhan karena pria itu adalah satu-satunya manusia yang bisa membuatnya panas dingin setiap waktu. Apalagi pria itu merupakan oksigen dan obat penyembuh paling mujarab bagi dirinya yang mengalami broken home sejak smp dan terpaksa tinggal dengan ayahnya yang jarang pulang ke rumah karena terlalu patah hati akibat sang ibu yang meninggalkan ayahnya demi pria lain. Namun impian itu tidak akan pernah terwujud karena Luhan tiba-tiba  dijodohkan dengan Park Jihyo sahabat Heeyoung sendiri. Sakit hati dirasakan oleh Heeyoung melihat sahabat terdekatnya yang tahu semua kisahnya malah akan menikah dengan pria yang diperjuangkannya mati-matian.

Lalu bagaimanakah nasib Heeyoung selanjutnya?Bisakah ia merelakan pria yang dicintainya menikah dengan orang lain? Lalu bagaimana nasib persahabatannya dengan Jihyo akankah persahabatan mereka berdua benar-benar berakhir?

A/N : Hallo semuanya maaf menunggu lama untuk kelanjutan fanfiction ini… saya harap kalian suka ya, maaf untuk beberapa adegan dalam ff, saya tidak bisa berjanji untuk membuat adegan NC yang bagus, karena saya tidak sanggup membuatnya, saya hanya akan membuat beberapa adegan yang menjurus bukan adegan full dan bukan menjadi poin dan prioritas utama karena saya mengutamakan kualitas isi ceritanya, terima kasih.

Chapter 5 – Insomnia

Because i can’t sleep til you’re next to me
Feels like insomnia

Author Pov

“ Jadi kapan acara pernikahanmu dan Jihyo akan berlangsung, Luhan?” Heeyoung memainkan jari-jarinya di atas cangkir Green Tea Latte yang baru saja datang hampir lima menit yang lalu. Sementara Luhan mengerutkan dahinya, keberatan dengan pertanyaan Heeyoung yang diucapkan gadis itu seolah tanpa beban.

“ Hee…”

“ Apa?”

“ Kenapa kau bertanya seperti itu?”

Heeyoung tertawa, sangat lepas melihat ekspresi Luhan. Pria itu berkerut sambil menyandarkan bahunya pada sandaran kursi. Ia sendiri tidak mengerti untuk apa ia bertanya hal yang ‘menyakitkan’ seperti itu.

Molla, aku hanya ingin tahu, berapa lama lagi waktu yang aku miliki untuk bersama denganmu.”

Seperti ada yang mencubit hatinya saat Heeyoung berkata seperti itu, terlalu menyakitkan untuknya memang, tapi ia harus menghadapi kenyataan itu sebentar lagi, tidak ada salahnya untuk mempersiapkan diri mulai dari sekarang.

“ Jangan katakan hal-hal seperti itu saat kita sedang bersama, kau merusak suasana hatiku, hee…” Luhan meraih tangan Heeyoung dan memainkan jemari lentik gadis itu, pikirannya benar-benar penuh saat ini. Heeyoung dan Jihyo bergantian menghantui pikirannya. Di satu sisi ia menginginkan Heeyoung menjadi pendampingnya lebih dari siapapun walaupun ia harus melawan ayah dan ibunya, tetapi di sisi lain, ia masih memiliki nurani untuk merasa kasihan pada Jihyo.

“ Hahaha, ne, maafkan aku, lu, aku tidak akan membahas hal itu lagi.” Heeyoung mengusap tangan Luhan yang berada di atas tangannya. Ia merasa ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, perasaan yang sama yang dirasakannya ketika bertemu Luhan pertama kalinya. Perasaan yang membuatnya jatuh cinta pada pria itu sampai saat ini.

“ Hee, aku tidak tahu mengapa aku bisa jatuh cinta padamu sampai seperti ini, rasanya aku akan mati begitu mengetahui bahwa aku harus menikahi gadis lain selainmu, aku tidak pernah membayangkan hidupku tanpa melihatmu setiap hari. Maaf karena sikap pengecutku yang mudah menerima perjodohan ini, harusnya aku lebih bisa berjuang untuk mempertahankanmu…”

Heeyoung tersentuh mendengar perkataan Luhan, ia tidak seharusnya meragukan Luhan. Luhan adalah hadiah terindah yang dikirimkan Tuhan untuknya, sudah seharusnya ia mempertahankan Luhan di sisinya, bukannya membiarkan pria itu bersama dengan wanita lain.

“ Lu… aku…”

Luhan menoleh dan tersenyum pada Heeyoung, pria itu menunggu Heeyoung melanjutkan kata-katanya. Mata Heeyoung berkaca-kaca, gadis itu kesulitan bernafas saat tatapan Luhan mengurungnya.

“ Aku mencintaimu dan aku tidak ingin kehilanganmu…” air mata Heeyoung menetes bersamaan dengan Luhan yang menariknya ke dalam pelukan hangat pria itu.

“ Kau tidak akan kehilanganku, Heeyoung… sama seperti aku yang tidak akan pernah kehilanganmu.”

***

Nyonya Lu memandang sekitar puluhan kertas di hadapannya, keningnya berkerut dan membolak-balik lembaran demi lembaran kertas itu, membacanya sekilas sambil mendengarkan penuturan dari Tuan Jung mengenai riwayat hidup seorang Kim Myungsoo. Nyonya Lu kedengaran tidak terlalu tertarik dengan informasi yang dibawa Tuan Jung.

“ Jadi Myungsoo dan Jihyo tidak pernah memiliki hubungan khusus… mereka hanya teman, begitu?” Nyonya Lu menatap foto Myungsoo dengan pandangan menilai. Pria itu cukup tampan memang dengan guratan wajahnya dan dengan tatapan matanya yang tajam. Tipe pria idaman setiap wanita.

Ne, nyonya, begitulah informasi yang saya dapatkan…”

“ Cari lebih banyak mengenai hubungan Jihyo dan Myungsoo kalau perlu kau mata-matai mereka sekarang! Aku penasaran hubungan macam apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak mau calon menantuku dekat dengan pria manapun…”

“ Baik, nyonya, namun dari berbagai narasumber, saya mengetahui bahwa Tuan Myungsoo bekerja sebagai asisten dosen dari Nam seongsaenim dan sekarang beliau sedang bertugas di luar negeri dan menyerahkan tugas mengajarnya pada tuan Myungsoo, jadi secara tidak langsung hubungan tuan Myungsoo dan nona Jihyo hanya sebatas guru dan murid, nyonya…”

“ Huh… tapi aku bisa merasakan dari tatapannya, dia masih memiliki perasaan khusus pada calon menantuku.”

“ Belakangan ini tuan Myungsoo lebih dekat dengan nona Han Heeyoung, nyonya…”

“ Apa?! Heeyoung? Han Heeyoung?”

“ Benar, nyonya… tuan Myungsoo lebih dekat dengan nona Han Heeyoung selain itu ada hal penting yang berhubungan dengan tuan Myungsoo dan nona Heeyoung…”

“ Apa?”

“ Nyonya, anda bisa membaca berkas terakhir dari map itu, di sana saya sudah melampirkan semuanya, termasuk hubungan nona Heeyoung dan tuan Myungsoo secara mendetail.”

Nyonya Lu mengeluarkan kertas yang masih berada di dalam map dan menyingkirkan semuanya kecuali sebuah kertas yang full berisi informasi mengenai Myungsoo dan Heeyoung. Informasi penting yang bahkan seharusnya tidak pernah bocor kemanapun, namun dengan mudahnya Nyonya Lu mendapatkan informasi itu. Kinerja Tuan Jung dalam mengorek informasi memang tidak perlu diragukan lagi.

“ Hah! Ini yang kubutuhkan…” Nyonya Lu tersenyum sinis sambil memandangi kertas itu. Rencananya akan berjalan sempurna dengan informasi yang berada di kertas yang berada digenggamannya.

“ HAHAHAHAHA… Aku tahu keberuntungan cepat atau lambat akan berpihak kepadaku…” Nyonya Lu tersenyum sinis, ia memasukkan kertas yang amat penting itu ke dalam laci meja kerjanya.

“ Tetap awasi ketiga orang itu dan laporkan hubungan mereka padaku, secepatnya… aku ingin rencanaku berhasil…”

“ Baik, nyonya, perintah anda akan saya laksanakan.”

***

“ Maaf, maaf…” Jihyo mendorong tubuh Myungsoo dan dalam sekejap pelukan pria itu terlepas, Jihyo menghapus air matanya dan melihat ke depan, di mana mobil Luhan sudah berlalu dan hanya menyisakan space kosong, entah sejak kapan Luhan dan Heeyoung pergi dari sana. Pertanyaan terpenting adalah, sudah berapa lama ia menangis di dalam pelukan Myungsoo.

“ Maaf, aku harusnya yang meminta maaf, aku telah memeluk calon ‘istri’ orang lain…”

Jihyo hanya tersenyum, pipinya terlihat sangat tirus, jauh berbeda dengan Jihyo beberapa minggu lalu, kelihatan tetap ceria walaupun ada beban yang disembunyikannya. Myungsoo memberanikan diri mengelus pipi Jihyo, ia merasa tersakiti hanya dengan melihat gadis yang masih setia mengisi relung hatinya itu terlihat begitu menderita, begitu menyedihkan, apa sebegitu menderitanya mencintai seorang Luhan? Haruskah Myungsoo nekat merebut Jihyo dari tangan Luhan dan membawanya lari sejauh mungkin?

Gwenchana…” Dengan sangat perlahan, Jihyo melepaskan tangan Myungsoo dari pipinya seolah-olah ia enggan melakukan itu, tetapi ia harus melakukannya. Ia tidak ingin terlalu banyak memberikan harapan pada Myungsoo, karena ia sendiri sudah mencintai pria lain walaupun tidak dapat dipungkiri ia masih ingin memiliki Myungsoo.

“ Kau tahu, Jihyo, bagaimana perasaanku saat aku bisa melihatmu lagi?”

“ Memangnya bagaimana? Bukankah hubungan kita dari sejak dulu tidak pernah lebih dari sekedar ‘teman’?”

Ne, tetapi kita sudah berjanji kan, Jihyo”

“ Itu hanya janji anak kecil…”

Myungsoo tersenyum miris, harapannya semakin sirna ketika mendengar ada nada sinis dalam suara Jihyo, seolah gadis itu tidak mau mendengar lebih jauh cerita memuakkan tentang janji masa kecil mereka.

“ Aku sangat terkejut saat tahu kau bertunangan dengan Luhan… ternyata aku sudah terlambat… alasan aku kembali yang terutama adalah untuk menggenapi janji itu, Jihyo-ah… aku mungkin sangat tidak pantas mengatakan ini setelah sekian tahun kita tidak bertemu, tetapi aku masih mencintaimu, bukan lagi cinta anak-anak, melainkan cinta dewasa di saat aku sudah mengerti bagaimana cara untuk mencintai dengan benar.”

“ Kau menghilang selama dua tahun tanpa memberikan kabar sedikitpun, tidak ada surat, tidak ada telepon, bahkan kau tidak membalas e-mail-ku satupun, apa salah dengan rentan waktu itu aku jatuh cinta pada orang lain? Kurasa tidak… kau harusnya mengintrospeksi dirimu Myungsoo, kenapa aku bisa sampai seperti ini…”

Myungsoo merasa tersudut, ia memang bersalah, ia memang terlalu mementingkan egonya sendiri, belajar dengan sangat keras, lulus dengan nilai terbaik, kembali ke Korea dengan sejuta harapan ia bisa bertemu dan menikahi Jihyo, satu-satunya wanita yang pernah mengisi relung hatinya.

“ Maaf, Jihyo, aku…”

“ Sudahlah, sekarang semuanya sudah terjadi, kita tidak akan pernah bisa lebih dari sekedar teman, Myungsoo…”

Myungsoo tidak lagi membalas perkataan Jihyo, ia hanya terdiam memikirkan semua kesalahannya. Suasana diantara mereka mendadak kaku dan hanya diinterupsi suara sang penyiar radio mengisi keheningan yang tercipta tiba-tiba diantara mereka.

Jihyo, apa benar-benar tidak ada lagi kesempatan untukku?’

***

Gate kedatangan sudah terbuka sejak hampir sepuluh menit yang lalu, seorang pria berdiri memandangi gate kedatangan itu dengan tatapan tanpa minat. Ia sangat benci disuruh menunggu, kalau saja seseorang yang akan datang ini tidak mengancamnya, sangat mustahil ia mau mengorbankan waktunya yang berharga hanya untuk berdiri seperti orang bodoh ditengah kerumunan seperti ini.

“ Sialan kau, awas saja kalau lima menit lagi tidak datang, aku akan pergi…” Pria itu memandangi arlojinya sambil sesekali memandangi kembali gate keberangkatan yang sudah tidak seramai beberapa saat yang lalu.

Ia terus memandangi gate itu sampai matanya menangkap sosok pria lainnya, pria yang terpaksa membuatnya menunggu di sini. Pria itu segera menghampirinya dengan senyuman  khasnya yang pernah membuat banyak wanita bertekuk lutut pada pesonanya.

“ Kupikir kau tidak akan datang Kim Jongin…” Pria itu melepaskan kacamatanya dan memandang pria yang sedang menunggunya itu dengan tatapan mengejek.

“ Kalau saja kau tidak mengancamku, bodoh, aku tidak akan datang…” Jongin, atau yang lebih dikenal dengan nama Kai, segera berjalan mendahului pria yang baru saja datang itu. Dengan sikap cuek, padahal di dalam hatinya, ia harus mengakui ia sangat merindukan sahabatnya itu dan harusnya ia merasa tersanjung, ia yang harus merelakan waktunya menjemput pria itu di saat pria itu bisa menyuruh supir pribadi keluarganya untuk menjemputnya.

Pria itu tidak menyahuti setiap perkataan Kai, matanya yang tajam memandang kota Seoul dari jendela kaca besar yang berada di sisi kirinya. Membongkar semua ingatannya dua tahun yang lalu, di mana ia masih tinggal di sini. Seoul, kota kelahirannya.

“ Aku tahu kau merindukan kota ini…” Kai membuka pintu mobilnya yang terparkir tidak jauh dari pintu keluar bandara. Pria itu memasukkan kopernya ke dalam bagasi dan segera melangkah ke arah Kai yang sudah berada di belakang kemudi.

“ Ya, aku merindukannya…”

So, Welcome back to Seoul, Oh Sehun…”

***

“ Jihyo, kau pulang lebih cepat? Bukankah harusnya kau fitting baju pengantin bersama Luhan, nak?”

Jihyo tersenyum saat mendapati ibunya sedang membaca Koran di ruang tengah, entah kebohongan macam apa lagi yang akan dikatakannya pada sang ibu karena pada kenyataannya ia tidak berhasil mengajak Luhan, bahkan sekali lagi ia harus menelan kenyataan bahwa pria itu sedang bersama mantan kekasihnya, Han Heeyoung.

“ A… Ah itu, Luhan tiba-tiba mendapatkan tugas tambahan dari dosennya, ia sedang sibuk, eomma… lagipula untuk apa terburu-buru, pernikahanku dan Luhan kan masih dua bulan lagi.”

Nyonya Park menatap putrinya dengan kening berkerut, wanita itu segera melepaskan kacamata bacanya dan menghampiri Jihyo yang sedang mengganti sepatunya dengan slipper dan berjalan menuju tangga ke arah kamarnya.

“ Kau tidak tahu, sayang? Apa Luhan lupa memberitahumu?”

Jihyo berbalik dan menatap ibunya dengan penuh tanda tanya, ia mengerutkan keningnya dan tidak jadi naik ke lantai dua. Ia memutuskan menghampiri ibunya yang sekarang sedang berdiri di depan meja telepon.

“ Apa maksud eomma?”

“ Pernikahanmu dipercepat , sayang… menjadi dua minggu lagi, apa kau tidak tahu? Minggu depan kau harus segera foto pra-wedding dan juga kita akan menyebar undangan.”

“ APA?! Mengapa secepat ini, eomma? Kau kan tahu aku dan Luhan masih dalam tahap pendekatan, aku tidak mau kalau saat menikah nanti aku dan Luhan masih terlihat kaku.”

“ Hahahahah, kau akan baik-baik saja, sayang… kau dan Luhan terlihat sangat serasi, sudahlah kau tidak perlu memikirkan apa-apa…”

Jihyo segera memeluk ibunya, ia senang pernikahannya dipercepat namun ada hal yang menganggu pikirannya sekarang, ibunya mungkin tidak tahu kalau sosok ‘pacar’ Heeyoung yang selama ini diceritakannya adalah Luhan dan bagaimana ia harus menghadapi Luhan saat pria itu menjadi suaminya nanti.

“ Ah, ya… untuk pengiringmu nanti, bagaimana kalau kau memilih Heeyoung? Dia pasti akan sangat senang bahkan mungkin ingin segera menyusulmu menikah dengan kekasihnya… hahaha… kau harus segera memberitahunya, agar ia bisa ikut fitting untuk gaunnya nanti… kau setuju kan, sayang?”

“ Ahhh i… Itu…”

“ Kenapa sayang?”

Eomma sebenarnya ada yang harus kuberitahu pada eomma…”

“ Soal apa?”

“ Luhan… Lu… Luhan… Sebenarnya Luhan adalah kekasih Heeyoung yang sering aku ceritakan, eomma… Aku merebut Luhan dari Heeyoung…”

***

Heeyoung menggerutu kesal sambil melihat ke arah GPS yang berada di mobilnya, mengikuti petunjuk dari alat elektronik itu ternyata bisa menjadi begitu menyebalkan ditambah ia sama sekali buta arah. Heeyoung membelokkan mobilnya ke arah yang ditunjukkan oleh GPS-nya. Tiba-tiba Heeyoung merasa pernah melewati daerah itu. Heeyoung bahkan bisa melihat ada sebuah taman yang terletak tidak jauh dari tempatnya sekarang. Gadis itu menghentikkan mobilnya, memandang taman itu dalam diam.

Beberapa kenangan menyeruak keluar dari kotak memorinya, membuat Heeyoung harus menarik nafas panjang berkali-kali untuk mengusir kenangan indah itu.

Kenangannya bersama Jihyo…

Ada di taman itu…

Mereka yang tertawa bersama, belajar bersama, bermain bersama, bahkan curhat sambil menangis di bawah pohon saat mereka masih remaja. Hal-hal indah yang bahkan masih sering mereka lakukan hingga saat ini. Hal yang mungkin sudah terlupakan karena kejadian-kejadian yang menimpa mereka sekarang.

Jujur, Heeyoung sangat merindukan Jihyo. Jihyo adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki seumur hidupnya. Mustahil ia bisa mendapatkan sahabat sebaik Jihyo, yang bahkan bisa menangis karena luka kecil yang diderita Heeyoung. Kalau saja bukan Luhan yang diambil Jihyo, mungkin Heeyoung bisa merelakannya untuk Jihyo.

Tetapi mengambil Luhan sama saja mengambil separuh bahkan lebih jiwa seorang Han Heeyoung. Heeyoung akan lebih memilih mati dibandingkan ia harus seperti sekarang ini. Hidup tanpa berpegangan pada dua orang terpenting dalam hidupnya, namun Heeyoung tidak ingin menyerah pada keadaan.

Ia harus membuktikan bahwa ia bisa menjadi gadis yang tegar dan merebut Luhan kembali bagaimanapun caranya…

Heeyoung memutuskan untuk melangkah turun dari mobilnya. Ia melihat keadaan taman yang sama sekali tidak berubah sejak pertama kali ia melangkahkan kakinya ke sana. Ia bisa melihat lampu-lampu sudah dinyalakan karena memang jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, gadis itu berjalan masuk dan menyadari kenangan-kenangan yang berusaha disingkirkannya malah semakin menghantuinya.

Ia bahkan bisa melihat Jihyo dan Heeyoung saat remaja dan sedang berpelukan serta menangis bersama di bangku taman itu. Mata Heeyoung mulai berkaca-kaca, ia semakin mendekatkan diri pada bayangan itu dan mendaratkan dirinya di kursi. Menangis sejadi-jadinya, ia tidak sekuat itu untuk melupakan Park Jihyo, sesakit apapun luka yang sudah ditorehkan gadis itu padanya.

Heeyoung mungkin sudah berada selama hampir sepuluh menit saat tiba-tiba seseorang mengulurkan saputangan padanya. Gadis itu menoleh dan mendapati sesosok pria yang sudah cukup lama tidak ditemuinya. Gadis itu tersenyum dan menggeser posisi duduknya, membiarkan pria itu duduk di sana.

Oppa, lama tidak bertemu, apa kabar?” Heeyoung mengambil saputangan yang diulurkan pria itu dan menghapus air matanya.

“ Baik, kau kenapa, Heeyoungie? Kau menangis sendirian di sini… Ah ya… sejak aku pulang kenapa aku tidak pernah melihatmu main ke rumah lagi?”

“Ah itu, Maaf, Chanyeol oppa, aku sibuk akhir-akhir ini… hahahahaha…” Heeyoung tertawa getir, mungkin Chanyeol memang tidak mengetahui masalahnya dengan Jihyo, bahkan mungkin pria itu tidak tahu kalau Luhan adalah kekasih Heeyoung. Walaupun ia bermasalah dengan Jihyo, ia tidak mungkin bersikap kasar pada Chanyeol kan?

“ Hahaha, Jihyo sepertinya sedang sedih akhir-akhir ini, wajahnya selalu murung padahal ia sudah bertunangan. Ah ya! Heeyoungie apa kau datang ke pertunangan Jihyo? Aku tidak melihatmu di sana.”

“ Ah, itu… aku sangat menyesal tidak datang, oppa, aku benar-benar sibuk. Nilaiku semester ini turun drastic aku takut appa akan mencabut biaya kuliahku… Hahahahaha…”

“ Ah, sayang sekali… padahal kau kan bisa berkenalan dengan Luhan, calon suami Jihyo.” Chanyeol menatap Heeyoung dengan dalam, sepertinya ada yang disembunyikan pria itu dari nada suaranya. Heeyoung menatap Chanyeol dalam diam, ia merasakan sakit yang tidak bisa ia definisikan hanya dengan mendengar nama Luhan disebut. Heeyoung hanya tersenyum berusaha maklum kalau Chanyeol tidak tahu apa-apa.

“ Ah, iya, sayang se…”

OPPA! KAU DI SINI?! Astaga aku harus mencarimu kemana-mana hanya untuk memberitahu kalau appa ingin bicara denganmu! Mungkin ada masalah di kan…tor…” Jihyo kehilangan kata-katanya, ia melihat Chanyeol sedang berbicara dengan Heeyoung.

Kedua mata gadis itu bertemu dalam diam…

***

“ Maaf mengganggu, nyonya, saya punya berita terbaru untuk anda…”

Nyonya Lu yang sedang memandang berkas-berkas pekerjaan kantornya mengintip dari kacamata bacanya di mana Tuan Jung sedang berdiri di depannya. Nyonya Lu segera menyuruh Jinsu, pelayan pribadinya, keluar dari sana. Setelah gadis muda itu membungkukkan badannya. Barulah Nyonya Lu menatap ke arah Tuan Jung.

“ Ada apa? Apakah soal Myungsoo dan Jihyo lagi?”

“ Bukan, ini bukan tentang nona Jihyo dan Tuan Myungsoo, nyonya, ini tentang Tuan Lu yang sedang mengurus perusahaan cabang di Beijing, nyonya…”

Mendengar nama suaminya disebut, Nyonya Lu segera meletakkan pulpen yang sedang dipegangnya, berganti dengan tangannya yang terlipat di dada, menunggu kata-kata yang akan keluar selanjutnya.

“ Tuan Lu harusnya pulang hari ini dengan penerbangan terakhir, nyonya, tapi beliau kemudian membatalkannya, dan dari yang saya dengar, beliau menemui seseorang di sana…”

Seketika itu juga wajah Nyonya Lu memucat, tangannya yang gemetaran berusaha meraih cangkir berisi teh hijau yang hampir tiga puluh menit yang lalu diantarkan Jinsu padanya. Wanita itu berusaha kelihatan tenang walaupun bisa dipastikan ia tidak setenang kelihatannya. Ia hanya berusaha menutupinya dengan keanggunannya yang tersisa.

“ Siapa orang itu?” Nyonya Lu berusaha kelihatan menjaga agar suaranya tidak bergetar.

Tuan Jung segera menyerahkan ponselnya ke hadapan Nyonya Lu. Nyonya Lu melihatnya dan seketika itu juga, jantung wanita itu mencelos. Ia sudah menduganya, semua usahanya selama ini akan gagal jika suaminya terus seperti ini.

“ Awasi suamiku dengan orang itu! Laporkan setiap pembicaraan mereka yang bisa kau dapatkan dan kirimkan padaku datanya secepatnya! Kau boleh keluar…”

Setelah menerima kembali ponselnya, Tuan Jung beranjak keluar setelah sebelumnya sempat membungkukkan badannya di hadapan majikannya itu. Nyonya Lu memijat keningnya yang terasa pusing, ia mencoba memejamkan matanya, mengistirahatkan pikirannya.

Tak lama setelahnya, ia mulai menekan wireless phone yang ada di ruangannya.

“ Nyonya memanggil saya?”

Suara Jinsu terdengar memenuhi ruangan. Nyonya Lu kembali memejamkan matanya.

“ Suruh Luhan menemuiku sekarang!”

“ Baik, nyonya, perintah anda akan segera saya laksanakan.”

Tak lama kemudian, suara pintu yang dibuka, membuat wanita itu membuka matanya. Luhan berada di depannya, pria itu kelihatanya menyimpan sesuatu di matanya. Setelah memberikan salam hormat pada ibunya, Luhan menarik kursi di hadapan Nyonya Lu dan duduk di sana.

“ Jadi Nyonya Lu, ada apa anda memanggil saya ke sini?”

“ Luhan, kau tidak perlu berbicara seperti itu pada eomma…”

“ Hhh, kalau memang kau menganggap kau adalah ibuku, harusnya kau mengerti kebahagiaanku, tapi apa yang kau lakukan? Kau merenggutnya, eomma…”

“ Luhan, jadi kau ingin perusahaan yang dibangun mendiang kakekmu sejak dulu hancur begitu saja? Itukah yang kau inginkan, huh?”

Luhan tertidam, tentu saja ia tidak ingin perusahaan yang mati-matian dibangun kakeknya hancur hanya karena tiba-tiba mereka terlilit hutang yang tidak bisa dibayar. Mungkin sebentar lagi jika ia tidak menikah dengan Park Jihyo, keluarganya akan menjadi gelandangan dan Luhan tidak setega itu untuk tetap diam.

“ Kalau aku menikahi Heeyoung, keluarga kita bukan hanya terbebas dari hutang tapi kita akan menjadi sepuluh kali lebih kaya dari ini…”

Luhan menjawab dengan nada sarkatis, ia tidak bermaksud memanfaatkan kekayaan kekasihnya, tetapi memang itu yang ia butuhkan sekarang agar terbebas dari perjodohan bodoh yang direncanakan ayah dan ibunya.

Nyonya Lu mengepalkan jarinya, ia sangat membenci gadis itu. Ia ingin membunuhnya jika ia bisa menyentuhnya, sayangnya Han Kyujoong sangat memiliki pengaruh di Korea Selatan. Ia tidak bisa begitu saja menyentuh putri tunggal pria itu, tidak seujung jaripun.

“ Luhan, eomma ingin menyampaikan sesuatu padamu, maaf karena memberitahukan hal ini mendadak, tapi pernikahanmu dan Jihyo akan dipercepat menjadi dua minggu lagi.”

“ APA?! EOMMA SUDAH GILA?!” Luhan membulatkan matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ibunya mengatakan bahwa pernikahannya akan dipercepat di saat hubungannya dan Heeyoung baru saja sembuh. Ini sangat menyakitkan tentu saja.

“ Tidak Luhan… eomma mohon, satu kali ini saja kau harus menurut…”

“ Katakan alasan yang lain… aku yakin bukan hanya karena perusahaan, eomma menjadi seperti ini…”

Eomma akan mengatakannya… mengatakan alasan kenapa seharusnya kau membenci Han Heeyoung.”

Luhan menaikkan sebelah alisnya, menunggu sang ibu menyelesaikan kalimatnya.

“ Tapi… eomma akan mengatakannya setelah kau menikah dan mendapatkan keturunan dari Park Jihyo!”

Tidak lama setelah Nyonya Lu mengatakan hal itu, hal terakhir yang didengarnya adalah bantingan pintu ruangannya. Luhan keluar dari sana tanpa hormat sama sekali, seolah menganggap permintaannya adalah hal yang sangat menjijikkan.

“ Luhan suatu saat kau akan tahu, kau harus tahu, Luhan…” Nyonya Lu berkata lirih sebelum setetes air mata jatuh tiba-tiba membasahi pipinya.

***

“ Heeyoung… ke… kenapa kau di sini?” Jihyo bertanya dengan suara yang serak, sepertinya gadis itu juga mati-matian menahan perasaannya untuk tidak lari dan memeluk Heeyoung yang kelihatan jelas habis menangis.

“ …” Heeyoung tidak mampu berkata-kata, haruskah ia berakting seolah tidak terjadi apapun diantara ia dan Jihyo, berpura-pura kalau semuanya baik-baik saja, setidaknya di depan Chanyeol.

Heeyoung bangkit dari posisi duduknya dan berjalan, memeluk Jihyo tiba-tiba, sampai gadis itu tidak bisa bergerak, bahkan untuk membalas pelukan Heeyoung, Jihyo merasa tidak mampu. Gadis itu hanya diam, merasakan Heeyoung menangis di pelukannya. Perlahan Jihyo mulai mengangkat tangannya membalas pelukan Heeyoung, tapi nyatanya pelukan Heeyoung semakin kuat, merenggut ruang pernafasan Jihyo, gadis itu meronta dalam pelukan Heeyoung.

You must know, that I can’t ever let him go… so, you just wait and see… He will comeback to me… He will…” Heeyoung berbisik dengan nada mengancam. Jihyo merasakan sekujur tubuhnya menegang. Ia melepaskan paksa pelukan Heeyoung.

“ Jihyo-ah, hahahaha… kenapa kau terlihat tegang? Maaf jarang mengunjungimu, kau tahu kan tugas kita banyak sekali…” Heeyoung tersenyum, tetapi mata gadis itu tidak menampilkan senyuman sama sekali.

“ Ah tidak apa-apa…” Jihyo memutuskan mengikuti permainan Heeyoung.

“ Aku akan main ke rumahmu… setelah semuanya selesai…”

Heeyoung menghadap ke arah Chanyeol, gadis itu membungkukkan badannya kemudian tersenyum.

Oppa, aku sebaiknya segera pulang… terima kasih sudah mengajakku mengobrol, saputanganmu akan segera aku kembalikan…”

Cheonmaneyo, Heeyoung-ah… ahahahahaha, aku senang berbincang-bincang denganmu… hati-hati di jalan ya…”

Ne, Heeyoung, hati-hati di jalan.” Jihyo berbicara, nyaris berbisik, dengan senyuman terpaksa dan dibalas Heeyoung dengan senyuman sinis.

Ne, besok kita bertemu lagi, aku pergi…”

Heeyoung segera melangkahkan kakinya menuju mobilnya. Ia segera mengambil jalan memutar. Tadinya ia berniat ke rumah Woohyun untuk menyelesaikan tugas maketnya, tetapi moodnya rusak mendadak karena rumah Woohyun sepertinya terletak tidak jauh dari rumah Jihyo, mengapa Heeyoung tidak menyadarinya sama sekali? Ia akan memaksa pria itu yang datang ke rumahnya besok. Ia sama sekali tidak berminat mengerjakan tugas setelah ia bertemu Jihyo.

Ia benar-benar muak dengan gadis itu, ia tahu bukan sepenuhnya salah Jihyo karena ia dan Luhan bertunangan karena perjodohan tapi melihat Jihyo senang dengan semua itu membuat Heeyoung muak, bahkan walaupun ia merindukan gadis itu setengah mati, ia masih terlalu gengsi untuk berbicara dengan Jihyo kecuali di depan Chanyeol tadi.

“ Hah… permainan apa yang sedang kau rencanakan Jihyo, aku berjanji tidak akan pernah melepaskan Luhan dari genggamanku, tidak akan pernah.”

***

“ HAH! Di mana gadis itu? Dia sudah terlambat satu jam! Apa sesulit itu menemukan rumahku?”

Woohyun berjalan bolak-balik di teras rumahnya. Entah mengapa ia malah menunggu kedatangan Heeyoung di sana, padahal ia bisa saja bersantai dengan menunggu Heeyoung di kamarnya, tetapi ia merasa sedikit khawatir. Apalagi Heeyoung mungkin akan tersesat saat mencari jalan menuju rumahnya.

Ia hanya sedikit mengerjai gadis itu dengan memberinya rute memutar padahal bisa saja ia memberikan jalan pintas. Woohyun memutuskan untuk duduk di bangku teras sambil memainkan ponselnya.

“ Han Heeyoung ya… menarik…” Woohyun tersenyum saat mengenang pertemuan pertamanya dengan gadis itu. Sepertinya Heeyoung bukan gadis biasa, ia bahkan bisa merasakan kalau sebenarnya Myungsoo juga tertarik dengan gadis itu.

Bayangkan saja, seorang Kim Myungsoo yang tidak pernah kelihatan dekat ataupun tertarik dengan wanita manapun bisa tertarik oleh Han Heeyoung. Sehebat apa gadis itu sebenarnya. Woohyun  merasa kasihan dengan Heeyoung, gadis itu mungkin hanya selingkuhan dari Luhan, teman sekelasnya, karena nyatanya Luhan sudah memiliki tunangan. Berita itu tersebar dengan cepat bak peluru dan membuat sebagian besar gadis di jurusannya maupun jurusan fakultas lain yang merupakan anggota Fansclub penggemar Luhan kecewa berat bahkan ada yang langsung memutuskan keluar dari keanggotaannya.

PLETAK!

YAA!” Woohyun mengusap kepalanya yang terasa nyeri akibat sebuah kerikil kecil mengenai kepalanya. Pria itu mencari sumber batu itu dan menemukan Sungyeol sedang cekikikkan di tembok sebelah rumahnya.

Dengan geram Woohyun mengambil kerikil itu dan melemparkannya ke arah Sungyeol namun pria itu dengan gesit segera menghindar.

TSK! Dasar busuk…” Woohyun menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabat sekaligus tetangganya itu.

Sungyeol segera keluar dari rumahnya dan melompati pagar rumah Woohyun, pria itu sekarang bahkan sudah duduk di kursi sebelah Woohyun.

“ Kau tumben sekali berada di sini…”

“ Memangnya tidak boleh aku berada di teras rumahku? Tsk…”

“ Haha.. kau sedang badmood rupanya, apa karena gadis yang kau ceritakan tadi sore? Ia belum juga datang ?” Sungyeol dengan seenaknya mencomoti cemilan yang dibawa Woohyun khusus untuk menunggu Heeyoung di teras rumahnya.

“ Tidak juga, aku hanya memikirkan ujian susulan dari Professor Jang! Hah! Sialan gara-gara gadis itu aku harus ujian susulan dan sepertinya soalnya akan menjadi 5 x lipat lebih sulit…”

“ Tapi masih mending kan daripada kau mengulang mata kuliahnya semester depan, hahahaha…”

Ne, kau benar…”

“ Jadi seberapa menarik si Han Heeyoung itu sampai membuatmu galau?” Sungyeol menaikkan alisnya beberapa kali sambil menatap Woohyun, meledek pria itu, membuat Woohyun jijik dengan kelakuan Sungyeol.

“ Hentikan! Kau membuatku mual… biasa saja…”

Jinjja? Apa dia cantik? Kalau kau tidak tertarik… bisa kau kenalkan padaku, kebetulan, aku sedang jomblo…”

“ Hmm… lumayan… tapi sayang sekali dia sudah memiliki kekasih…”

“ Woah, sayang sekali, uri Woohyunie patah hati… hahahahahahaah…”

“ Enak saja! Aku sama sekali tidak tertarik dengan gadis menyebalkan sepertinya…”

Jinjja? Tapi dari caramu bercerita sepertinya kau sedikit menaruh perhatian padanya…”

“ Itu karena aku kasihan, aku merasa bersalah maketnya rusak, membuat maket kan tidak mudah…”

“ Hanya karena itu? Aku tidak percaya…”

“ Kau berisik sekali! Kembali ke alammu sana jangan ganggu aku!” Woohyun melempari Sungyeol dengan tutup toples kacang yang berada di meja.

“ Hahaha, ne, aku pergi… selamat menunggu…”

Woohyun kembali mengambil ponselnya dan memainkan beberapa game sambil mengusir rasa bosan.

“ Awas saja kalau gadis itu datang nanti.”

***

Heeyoung masuk ke rumahnya dengan wajah luar biasa kusut. Gadis itu sudah menghentikan tangisannya namun tetap saja, air matanya seolah ingin keluar lebih banyak. Gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing akibat terlalu banyak menangis.

“ Heeyoung… kau sudah pulang, nak?”

Heeyoung membeku, langkahnya terhenti, ia segera berbalik dan mendapati ayahnya sedang memandangnya dari ruang keluarga. Heeyoung memutuskan untuk mengabaikan ayahnya dan berjalan menuju tangga. Walaupun di rumahnya tersedia lift, Heeyoung lebih suka naik tangga, selain lebih sehat, ia bisa mengistirahatkan matanya dengan sedikit berjalan-jalan di rumahnya.

“ Heeyoung, boleh appa berbicara denganmu?”

Heeyoung berbalik dan mendapati ayahnya sedang duduk di ruang tengah, menatapnya penuh harap. Heeyoung sejujurnya mengharapkan masa-masa ini, di mana ia bisa berbincang akrab dengan ayahnya namun semuanya berubah setelah ibunya pergi. Heeyoung kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya dan sekarang dengan mudahnya sang ayah bersikap seolah tidak ada yang terjadi.

Heeyoung memutuskan untuk menghampiri ayahnya dan duduk di sebrang pria itu, menatap ayahnya dalam diam yang menyiksa.

“ Heeyoung, appa tahu apa yang terjadi denganmu belakangan ini, nak… kau mungkin mengira appa tidak tahu apapun, kau salah, Heeyoung, appa tahu semuanya… perihal Luhan dan Jihyo, appa tahu…”

Satu orang lagi yang mengingatkan Heeyoung perihal Luhan dan Jihyo, hal yang paling tidak ingin didengarnya lagi dari mulut siapapun walaupun ia tahu di kampus ia pasti akan mendengarnya lagi dan lagi sampai semua orang bosan membicarakannya.

“ Lalu appa akan melakukan apa, huh?”

“ Kau sebaiknya merelakan Luhan, Heeyoungie, dia sama sekali tidak pantas untuk kau tangisi.”

Appa, kau tidak tahu apapun! Aku sangat mencintainya, appa, aku tidak bisa… aku tidak bisa bernafas seharipun tanpa melihatnya.”

“ Maafkan appa, Heeyoungie, mungkin kau membenci appa, appa hanya terlalu mencintai eomma-mu, makanya perceraian kami berdampak buruk, terutama untukmu…maaf Heeyoung.”

“ Jadi appa menyesal? Terlambat! Aku sudah sangat kecewa dengan appa…”

Heeyoung berdiri, memutuskan untuk pergi.

“ Heeyoung! Myungsoo adalah pria yang baik, percayalah! Appa percaya padanya…”

Appa, kau tidak bisa menggunakan Myungsoo untuk membuatku melupakan Luhan, tidak bisa semudah itu appa, tidak hanya dengan memblokir fasilitasku, tidak akan mengurangi rasa cintaku pada Luhan setitikpun.”

Heeyoung berbalik dan segera meninggalkan ruang tengah di mana ayahnya masih berada di sana. Tuan Han hanya tersenyum, memaklumi sifat Heeyoung, bagaimanapun juga ia harus bertanggung jawab dengan perubahan sifat Heeyoung yang sangat drastis. Karena keegoisannya untuk bertahan mencintai mantan istrinya.

“ Maafkan appa, Heeyoung… maaf…”

***

Heeyoung melangkah menuju loker tempat di mana ia bisa meletakkan kertas-kertas tugasnya, gadis itu beberapa kali menguap karena semalaman ia tidak bisa tidur. Ia memikirkan perkataan ayahnya, mungkinkah ia harus membuka hati untuk Myungsoo? Apakah ia memang harus melepaskan Luhan sepenuhnya? Heeyoung merasa tidak akan pernah sanggup melakukannya.

Gadis itu meletakkan tasnya di atas lantai dan membuka lokernya untuk meletakkan buku yang dibawanya sekaligus mengambil beberapa kertas untuk tugasnya. Namun Heeyoung segera berteriak dan berjalan mundur menjauhi lokernya beberapa detik setelah pintu loker itu terbuka. Heeyoung jatuh dalam posisi duduk dengan matanya yang masih memandang pintu loker itu.

Beberapa orang yang kebetulan lewat segera membicarakan gadis itu. Beberapa menatapnya kasihan, beberapa lagi menatapnya sinis, beberapa bahkan secara terang-terangan menghinanya. Heeyoung menggigiti kuku jari tangannya, bukunya sudah terjatuh dan berserakan di depan lokernya. Gadis itu menutup matanya, terlalu takut melihat sesuatu yang berada di dalam lokernya.

Sebuah bangkai tikus mati dan surat yang tertempel di pintu lokernya.

‘ Aku harap kau segera mati seperti binatang menjijikkan ini…’

Begitu bunyi surat yang tertulis dengan tinta darah yang berasal dari bangkai tikus itu. Bukan karena takut dengan surat yang berada di sana, melainkan sejak kecil Heeyoung sangat takut dengan binatang pengerat itu. Heeyoung tidak peduli dengan kertas tugasnya yang ternodai darah binatang itu. Heeyoung hanya ingin agar binatang itu disingkirkan dari lokernya tetapi tampaknya tidak ada satupun yang berniat membantunya, rata-rata mereka tidak peduli atau hanya menertawakannya.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur ke hadapan wajahnya. Gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat Myungsoo berjongkok di depannya smabil mengulurkan tangannya.

“ Bangunlah…”

Heeyoung menerima uluran tangan Myungsoo dan dengan sigap pria itu menarik tangan Heeyoung menembus kerumunan dan membawanya pergi.

Di sisi lain dari ruang loker itu, segerombol mahasiswi yang sejak tadi menertawakan Heeyoung dari jauh mulai merasa kesal.

“ Astaga gadis itu! Dia sekarang mengganggu Kim seongsaenim!”

Ne, Kim seongsaenim yang terkenal tegas bahkan melebihi Nam seongsaenim bahkan kemarin mentolerir keterlambatannya tanpa dimarahi! Gadis itu pasti menggodanya!”

“ Lalu sekarang Kim seongsaenim melindunginya! Ada apa ini sebenarnya? Dasar wanita murahan…”

“ Tenang… tenang semuanya… kita masih mempunyai banyak hal untuk mengerjai wanita jalang itu…”

“ Hahahahaha, kau benar, Jiyeon-ahKajja kita pergi dari sini…”

Wanita-wanita itu pergi dari ruang loker sambil berbicara tanpa henti, persis segerombolan lalat hijau yang sedang berdengung. Di sisi lain, Jihyo menatap kepergian Heeyoung dan Myungsoo dengan tatapan aneh. Perlahan tangan gadis itu terkepal tanpa disadarinya.

***

“ Terlambat lagi, nona Han?”

Wanita itu menghentikan kegiatan mengajarnya karena Heeyoung yang masuk ke dalam kelasnya diikuti Myungsoo. Wanita itu terdiam saat mengetahui Heeyoung datang dengan orang lain.

JeongmalJwesonghamnida, seongsaenim… tadi saya… ta… tadi…”

“ Maaf Shin seongsaenim, Heeyoung mendapat tugas tambahan dari saya karena kemarin dia terlambat masuk ke kelas, saya memanggilnya tadi sebelum mengikuti kelas anda, maafkan keterlambatannya, seongsaenim, saya yang bertanggung jawab atas semuanya…”

“ Baiklah, anda boleh pergi, Kim seongsaenim. Anda, nona Han, bisa duduk sekarang…”

Heeyoung membungkukkan badannya dan segera duduk di sebelah Seulra. Sementara Myungsoo segera pergi setelah membungkukkan badannya di hadapaan Shin seongsaenim.

“ Baiklah kita lanjutkan pelajaran… mengapa penting bagi seorang arsitek dalam mengetahui sejarah perkembangan arsitektur… hal itu dikarenakan sejarah arsitek diperlukan sebagai acuan untuk membangun sebuah bangunan dalam konteks modern seperti sekarang… dan dalam perancangan arsitektur dikenal 9 analogi, salah satunya adalah analogi matematis, di mana beberapa ahli teori berpendapat bahwa ilmu hitung dan geometri merupakan dasar penting bagi pengambilan keputusan dalam arsitektur. Bahwa bangunan-bangunan yang dirancang menurut bentuk-bentuk murni dan angka-angka primer atau lambang akan sesuai dengan tatanan alam semesta.Contoh analogi matematis adalah bangunan-bangunan pada zaman Renaissance… selanjutnya adalah analogi ….”

Heeyoung sama sekali tidak bisa berkonsentrasi mengikuti pelajaran yang diberikan Shin seongsaenim mengenai sejarah arsitektur. Menurutnya pelajaran teori adalah pelajaran yang sangat membosankan, ia sama sekali tidak bisa mengikuti mata kulian pengantar arsitektur dengan baik ditambah kondisi mentalnya yang masih belum baik setelah ‘shock terraphy’ yang didapatkannya tadi pagi.

“ Kau kenapa?” Seulra berbisik karena melihat Heeyoung yang tampak masih sangat pucat.

“ Ada yang mengerjaiku tadi pagi… aku akan bercerita saat istirahat nanti, tenang saja, aku baik-baik saja…”

Seulra hanya mengangguk, tidak mau menganggu Heeyoung walaupun ia sangat penasaran mengapa gadis itu tampak begitu pucat dan seperti orang ketakutan.

“ Tenang, Heeyoung… aku pasti melindungimu…” Seulra berbicara sambil menggenggam tangan Heeyoung sementara gadis itu berusaha tersenyum.

Setelah ini entah hal apalagi yang akan dialaminya…

***

PRANG!

“ ARGHHH…” Heeyoung berteriak saat tanpa sengaja piring berisi salad buahnya jatuh berserakan dan membuat baju dan wajahnya kotor terkena potongan buah-buahan dan saus. Salah seorang mahasiswi yang menabraknya hanya meminta maaf sambil tersenyum sinis.

YAA! SINI KAU! BERANINYA KAU! KAU SENGAJA KAN… IYA KAN?!” Seulra dengan emosi hampir saja menarik rambut gadis itu kalau Heeyoung tidak menahan tangannya.

“ Sudahlah itu tidak penting, aku bisa membeli yang baru…”

“ Ta… tapi kan… tapi…”

“ Aku bisa mengurusnya nanti.” Heeyoung tersenyum sinis pada gadis yang menabraknya tadi, gadis itu rupanya belum tahu ia berurusan dengan siapa.

“ Baiklah, hahahaha… aku hampir lupa kalau sahabatku ini bisa melakukan segalanya, aku hanya tidak habis pikir, apa mereka semua buta? Jelas-jelas Jihyo yang…”

“ Aku akan mencari tempat duduk, bisa kau pesankan salad buah lagi untukku?”

Seulra hanya mengangguk dan Heeyoung melangkah menuju tempat duduk yang kosong tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Gadis itu mengeluarkan tissue dari tasnya dan mulai membersihkan bajunya sambil menggerutu.

Dari dulu walaupun banyak orang membencinya tidak ada yang seberani ini padanya. Apa tingkat kebencian orang-orang padanya meningkat sehingga mereka mulai berani menganggunya walaupun mereka tahu apa akibat jika berurusan dengan Han Heeyoung?

Seseorang menarik tissue Heeyoung yang merada di meja dan ikut membersihkan wajah dan rambuh gadis itu. Heeyoung terpaku. Ia menatap Myungsoo yang lagi-lagi datang bak ‘pahlawan’ baginya.

“ Kau tidak akan membunuh mereka kan?” Myungsoo masih membersihkan rambut Heeyoung yang lengket.

“ Siapa?”

“ Orang-orang yang mengganggumu hari ini?”

“ Lihat saja nanti, tapi kata membunuh terdengar kejam…” Heeyoung tertawa ia masih membersihkan sisa potongan buah pada bajunya.

“ Aku tidak tahu apa yang terjadi hari ini, tapi sepertinya mereka terus menyerangmu…”

“ Kau tahu siapa?”

Myungsoo hanya tertawa, sejujurnya ia sudah menyelidiki orang-orang yang berusaha mengerjai Heeyoung hari ini bahkan sudah mengumpulkan bukti untuk diserahkan pada rector nantinya. Hanya saja ia ingin tahu bagaimana rekasi Heeyoung pada orang-orang itu. Ternyata Heeyoung sudah mengalami perubahan, dengan sifatnya yang dulu, bisa dipastikan mereka yang mengerjai Heeyoung hari ini, tidak akan selamat, minimal mereka akan mendapatkan perlakuan jauh lebih kejam dari apa yang mereka lakukan pada Heeyoung. Namun Heeyoung sepertinya terlihat santai.

“ Berhati-hatilah, Heeyoung… aku akan melindungimu…”

Heeyoung hanya tersenyum sinis, ia tidak mengerti kenapa pria itu tiba-tiba berubah baik padanya. Apa ini semua ada hubunganya dengan perkataan ayahnya?

“ Kau dibayar berapa?”

“ Huh?”

“ Ayahku… kau pasti dibayar kan sehingga mau berbuat baik padaku… terima kasih sebelumnya…”

“ Tidak… tidak sepeserpun… Mengapa kau selalu berpikiran negatif? Kau pikir Jihyo dan Seulra berteman denganmu karena uang ayahmu?”

“ Tidak… mereka pengecualian…tapi semua orang yang baik padaku biasanya dibayar oleh appa… Lagipula Jihyo sudah meninggalkanku… Seulra, aku takut… hanya dia sahabatku satu-satunya sekarang… aku hanya takut ia meninggalkanku seperti Jihyo bahkan dengan cara yang lebih kejam… aku takut…”

“ Anggap aku sahabatmu mulai sekarang…”

“ Myungsoo, ini di kampus dan perlakuanmu dilihati banyak orang kau tahu…”

“ Aku tahu… tapi aku hanya berniat menolong muridku, setidaknya itu yang mereka lihat…”

“ Tapi mungkin ada yang berpikiran lain dan salah paham…”

“ Aku tahu…”

“ Kalau kau tahu mengapa kau masih mau melakukannya?”

Dari kejauhan, Luhan melihat semuanya, melihat bagaimana Myungsoo memperlakukan Heeyoung seolah-olah Heeyoung adalah kekasih pria itu. Luhan mendengus sebelum meninggalkan  kantin.

“ Kau melanggar janjimu, Kim Myungsoo…”

***

“ APA?! Jadi ada yang menaruh bangkai tikus mati dan surat di lokermu?! Surat itu berisi penghinaan?! Aku tidak percaya ini! Siapapun dia! Aku akan membuat perhitungan dengannya…” Seulra menggeram kesal setelah mendengar cerita Heeyoung. Saat ini ia, Heeyoung, dan Myungsoo sedang berjalan menuju kelas mereka. Lebih tepatnya, Myungsoo akan mengajar di kelas yang berada di sebelah kelas Heeyoung dan Seulra.

“ Aku sudah mengetahui pelakunya dari CCTV yang berada di ruang loker, kalian tenang saja… aku akan mengurus semuanya…”

“ Myungsoo, kau tahu? SIAPA?!” Seulra dengan penuh emosi segera berdiri di depan Myungsoo, berharap pria itu memberitahunya.

“Nanti kalian akan tahu… tenang saja…”

“ Ayolah beritahukan kepadaku! Kau ini pelit sekali…”

“ Seulra, kau tidak lupa kan dia dosen kita bagaimana kalau dia menurunkan nilaimu?” Heeyoung berkata dengan nada mengejek.

“ Hah! Oh iya! Myungsoo, maafkan aku, ne? Jangan  buat aku tidak lulus, jebal…”

“ Hahahaha! Tentu saja tidak! Aku tidak berhak…”

Heeyoung tertawa, ia merasa cukup tenang setelah dua kejadian tidak mengenakkan yang menimpanya hari ini. Namun ketenangannya segera terganggu saat melihat pemadangan di depannya. Gadis itu membelalakkan matanya, seakan tidak cukup cobaan yang diterimanya hari ini. Mungkin inilah yang terberat…

Luhan dan Jihyo sedang berciuman, bahkan Luhan melihatnya, tetapi pria itu tidak peduli bahkan memperdalam ciumannya dengan Jihyo. Heeyoung dan Myungsoo membeku di tempat, Seulra mendesis dan mencibir. Heeyoung berusaha mengontrol hatinya agar tidak peduli, tetapi nyatanya ia tidak bisa secuek itu. Ia dan Luhan baru saja berdamai, tapi kenapa?

Sementara Myungsoo, pria itu terlihat luar biasa kesal, membuat janji dengan orang mabuk sama sekali tidak berguna. Ia yakin Luhan pasti melupakan janjinya. Ia merasa Luhan adalah pria brengsek yang hanya bisa menyakiti Heeyoung dan Jihyo.

Kajja, kita pergi dari sini…” Myungsoo menarik Heeyoung dan membawa gadis itu dalam rangkulannya, sementara Seulra menatap Luhan dan Jihyo dengan tatapan benci.

Sepeninggal ketiga orang itu, Luhan melepaskan ciumannya dari Jihyo, tatapannya terluka. Ia sama sekali tidak ingin menyakiti Heeyoung, ia hanya ingin memberikan sedikit pelajaran pada Myungsoo yang dianggapnya melanggar janji, tanpa ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“ Lu, aku memang mencintaimu… tapi aku tidak mau hanya menjadi alatmu! Alat untuk mendapatkan Heeyoung kembali!” Jihyo mengatur nafasnya, butuh banyak keberanian untuk mengungkapkan itu.

“ Hari ini kita harus fitting baju kan? Aku akan menunggumu di sini setelah kau selesai kelas…” Luhan tersenyum, walaupun hatinya terasa sakit, ia tidak menginginkan pernikahan ini, tetapi ia tidak tega melihat ketulusan Jihyo. Ia berjanji akan menyayangi wanita itu sebagai adiknya, setidaknya ia tidak bersikap sedingin dulu.

Lalu setelah mengucapkan itu, Luhan pergi meninggalkan Jihyo, kembali memberikan harapan yang mungkin akan membuat Jihyo semakin terperangkap di dalamnya.

***

Myungsoo meletakkan buku-bukunya di dalam loker yang berada di ruang dosen, kemudian melangkah menuju meja kerjanya. Membuka laptopnya dan terdiam di sana. Pikirannya sangat kacau, ia tidak bisa mengajar dengan benar tadi. Ia tahu ia mengecewakan Nam seongsaenim yang sudah memberikan kepercayaan padanya.

Tetapi perilaku Luhan dan Jihyo benar-benar membuatnya kehabisan akal, ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan, ia terjebak dengan permainannya sendiri. Ia yang meminta Luhan menjauhi Jihyo tetapi nyatanya pria itu tidak mendengarkannya. Ia tidak mengerti cara apalagi yang harus dilakukannya untuk mendapatkan Jihyo.

Otak pria itu berputar keras, matanya memandang tumpukkan tugas yang sudah dinilainya dan siap diinput dalam database sistem nilai fakultas. Ia bahkan tidak memiliki waktu yang banyak untuk istirahat, ia sepertinya membutuhkan asisten untuk membantunya.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otaknya, Myungsoo bisa tersenyum sekarang, pria itu memang tidak pernah kehabisan akal jika itu berhubungan dengan Jihyo, gadis yang dicintainya. Myungsoo mendesah, ia lelah, dengan semuanya. Bahkan tiba-tiba pekerjaan ini menjadi tidak lagi menarik di matanya.

Jwesonghamnida, Kim seongsaenim…”

Sebuah suara menginterupsi pikiran Myungsoo, pria itu menoleh dan wajahnya berubah. Garis wajahnya mengeras diiringi tatapan bencinya yang terlihat jelas.

“ Ya, ada apa?”

Luhan membungkukkan badannya dan berbisik di telinga Myungsoo.

“ Ada yang ingin aku bicarakan denganmu…”

Luhan menegakkan badannya dan segera berlalu dari sana diikuti tatapan sinis dari Myungsoo. Pria itu mematikan laptopnya dan segera berjalan mengikuti Luhan.

Luhan membawa Myungsoo ke salah satu koridor yang sepi di mana hanya ada ruang perpustakaan khusus dosen dan toilet di sana. Luhan dan Myungsoo berhadapan, mata mereka saling bertemu dalam diam.

Buagh!

Secara tiba-tiba Luhan melayangkan pukulannya pada Myungsoo, membuat pria itu tersungkur dan memegangi sudut bibirnya yang berdarah. Pria itu bahkan terlalu terkejut untuk menyadari apa yang terjadi saat satu pukulan kembali mendarat dan mengenai hidungnya.

“ Luhan, apa yang kau lakukan? Apa masalahmu?” dengan sisa kekuatan, Myungsoo mendorong tubuh Luhan, hingga tubuh pria itu membentuk dinding di belakangnya.

“ Kupikir tawaranmu serius, Kim Myungsoo, walaupun dalam keadaan mabuk aku masih ingat dengan jelas isi tawaranmu… kau berjanji tidak menyentuh Heeyoung!”

“ Aku hanya berusaha menolongnya…”

“ Huh… menolong katamu! Kau berusaha mendekatinya, Myungsoo!”

“ Kau tidak tahu kan apa yang terjadi padanya hari ini kan? Saat kau tidak tahu! Aku berusaha melindunginya, aku sudah berjanji pada ayahnya, aku memang tidak akan mendekatinya! Tapi aku melindunginya dengan caraku sendiri!”

Luhan terdiam mendengar kata-kata Myungsoo. Ia berusaha mencerna setiap perkataan yang Myungsoo lontarkan padanya, memberi kesempatan pada pria itu untuk mengetahui semuanya.

“ Hari ini ada yang menaruh bangkai tikus mati di loker Heeyoung, gadis itu ketakutan setengah mati, aku hanya mengantarkannya ke kelas setelah ia lebih tenang, lalu tadi saat istirahat ada yang sengaja menabraknya, membuat makanannya tumpah dan membasahi rambut dan bajunya… aku sudah tahu pelakunya, yang kau lakukan seharusnya adalah melindunginya dan bukan malah menyakitinya… dan melanggar janjimu sendiri…”

Luhan membelalakkan matanya, pria itu menatap Myungsoo tidak percaya. Ia tidak tahu bahwa ada seseorang yang berusaha menyakiti gadisnya. Tangan Luhan terkepal, ia benar-benar bodoh, hanya termakan emosi sesaat. Ia bahkan tidak melindungi Heeyoung di saat gadis itu sangat membutuhkannya.

“ Maafkan aku, Myungsoo, aku benar-benar ceroboh… terima kasih sudah melindungi Heeyoung, siapa pelakunya?”

“ Kau akan tahu nanti, yang harusnya kau lakukan sekarang ada lindungi Heeyoung karena aku yakin… mereka belum selesai…”

“ Terima kasih atas informasinya, aku berhutang padamu…” Luhan berlari meninggalkan Myungsoo. Di pikirannya saat ini adalah ia harus melindungi Heeyoung.

***

“ Astaga…” Heeyoung menjatuhkan tasnya saat melihat mobilnya yang sekarang penuh dengan coretan.

“ Ini gila! Mereka benar-benar keterlaluan…” Seulra mengerutkan keningnya saat membaca kalimat-kalimat penghinaan yang terdapat di seluruh mobil Heeyoung, bahkan sampai ke kaca-kacanya yang diukir paksa menggunakan pisau khusus yang bisa menggores kaca.

“ Siapa pelakunya?” Heeyoung mulai merasa terganggu, ia merasa siapapun pelakunya, mulai keterlaluan saat ‘bermain-main’ dengannya.

“ Kita harus mencari tahu! Kalau Myungsoo tidak mau memberitahu, kita yang harus mencarinya sendiri…” Seulra berjalan meninggalkan Heeyoung yang masih terlalu syok di tempatnya. Ia bahkan tidak menyadari saat tiba-tiba sepasang tangan memeluknya. Heeyoung membeku. Ia terlalu mengenal dekapan ini.

Tidak lama setelahnya, tubuh orang yang sedang memeluknya itu terkena lemparan telur dari berbagai arah. Heeyoung terpaku, kalau saja ia tidak dipeluk, mungkin tubuhnya sudah basah dan berbau amis.

Neo gwenchana?” Luhan melepaskan pelukannya dari Heeyoung, gadis itu mengangguk, Luhan segera menarik tangan Heeyoung menjauh dari mobilnya.

“ Lu, kenapa kau lakukan ini padaku? Kau dan Jihyo kan…”

“ Maaf, Heeyoung… maafkan aku, sayang, aku mencium Jihyo karena aku berpikir itu bisa memanas-manasi Myungsoo, aku tidak suka saat kau berdekatan dengannya.”

“ Dia hanya temanku, Luhan… dan tadi ia menolongku… aku tida memiliki hubungan khusus dengannya lagipula sepertinya kau sudah tahu kalau dia menyukai Jihyo, tunanganmu…” Heeyoung sengaja menekan kata tunangan dan membuat Luhan semakin merasa tidak enak pada Heeyoung.

“ Hee, dengar, apapun yang terjadi aku hanya mencintaimu…”

“ Kalau kau mencintaiku sebesar itu, kau tidak akan mudah terpancing dan mencium wanita lain, Luhan…” Heeyoung berkata dengan nada lembut, namun Luhan bisa menangkap aura kesakitan dalam suaranya.

“ Maafkan aku… aku tahu mungkin akan ada jutaan maaf lagi yang terucap, Heeyoung… tapi aku serius dengan mengatakan aku hanya mencintaimu…”

“ Aku mengerti, Luhan…”

“ Pernikahanku dan Jihyo dipercepat…”

Heeyoung terkejut mendengarnya, tetapi dengan cepat ia mengganti ekspresi wajahnya.

“ Kalau begitu selamat…”

“ Hee, aku tidak akan meninggalkan satu langkahpun walaupun aku harus menikah dengan Jihyo…”

Heeyoung mungkin terlalu takut untuk menerima janji dari Luhan, ia takut pria itu tidak akan menepati janjinya. Pria itu akan segera menikah dan ketika ia tinggal bersama Jihyo, tidak ada yang bisa menjamin pria itu tetap mencintai Heeyoung seperti hari kemarin, di mana ia belum menikah dengan Jihyo.

“ Aku tidak tahu, Luhan, aku tidak tahu…”

Luhan memeluk Heeyoung, gadis itu menyandarkan kepalanya pada dada Luhan dan mendengar irama detak jantung pria itu dalam diam. Heeyoung benar-benar bimbang, setengah hatinya ingin percaya, setengah lagi tidak.

“ Aku tidak bisa menjanjikan banyak hal, Heeyoung… hanya saja… untuk terus mencintaimu sampai akhir hidupku… aku akan melakukannya…”

Tangisan Heeyoung pecah, ia tidak ingin melepaskan Luhan… selamanya… tidak akan pernah…

***

Sehun dan Kai berjalan memasuki salah satu bar yang berada di kawasan Gangnam. Kedua pria itu langsung berhasil menarik perhatian para gadis yang sedang berada di bawah ambang kesadaran mereka. Kai meladeni gadis-gadis itu dengan membalas sentuhan mereka dengan sentuhan yang lebih ganas sementara Sehun hanya menyingkirkan tangan-tangan gadis-gadis itu yang bergerayangan di tubuhnya tanpa minat.

“ Jangan terlena, Kai… kita di sini bukan untuk mereka…”

Kai melemparkan flying kiss-nya pada salah satu gadis dengan pakaian paling sexy diantara yang lainnya dan mengedipkan matanya sebelum mengikuti Sehun duduk di salah satu pojok bar, memesan beberapa botol wiski dan soju serta snack pada pelayan yang kebetulan lewat.

“ Jadi, kenapa kau memutuskan kembali ke Seoul, huh? Apa gadis-gadis di LA tidak bisa meluluhkanmu? Kau tidak sayang dengan kuliahmu yang sudah berjalan selama setahun?”

Sehun menyandarkan tubuhnya di sofa, sambil memejamkan matanya, sebelum menjawab kata-kata Kai.

“ Aku tidak suka wanita Barat, aku lebih suka yang local… menurutku mereka lebih sexy… kukira kau tahu alasan aku kembali…”

“ HAHAHAHA! Gadis itu rupanya…kukira kau sudah melupakannya… Apa kau tidak tahu ada berita terbaru yang berkatian dengannya…”

“ Apa?”

Kai mengambil gelas dan menuangkan wiski ke dalam gelasnya yang baru saja diantar oleh sang pelayan. Sehun mengikuti kegiatan sahabatnya itu.

“ Kau tidak pernah membuka internet? Beritanya ada di mana-mana…”

“ Aku tidak memiliki waktu untuk itu, kau tahu…”

“ Hahahaha… baiklah, akan kucarikan untukmu…” Kai mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu di mesin pencari. Setelah menemukan apa yang dicarinya, pria itu melemparkan ponselnya ke arah Sehun dan ditangkap pria itu dengan satu tangan dan membaca beritanya tanpa minat.

Namun baru membaca beberapa kalimat awal dari berita itu, Sehun tersentak. Ia bahkan hampir menjatuhkan gelas di tangannya. Mata pria itu terbelalak lebar sebelum sebuah senyuman sinis terukir di bibirnya.

“ Huh… Luhan…”

***

“ Kau ini bodoh atau apa?! Sterin (lem khusus untuk membuat maket) harus ditunggu kering baru bisa ditempelkan! Lagipula ini terlalu banyak!” Heeyoung protes sambil merebut maket kursi yang sedang dipegang Woohyun dan melepaskan bagiannya satu per satu.

Yaa! Aku kan tidak tahu-menahu soal itu… kau tahu sendiri jurusan teknik elektro tidak ada membuat maket dalam kamusnya!”

“ Aish… kau kan bisa  bertanya…”

Kalau boleh jujur, Heeyoung merasa sangat tidak enak dengan Woohyun, ia sudah membatalkan janji kemarin dan tidak memberi kabar dan sekarang ia seenaknya menyuruh Woohyun yang datang ke rumahnya dan sekarang ia malah memarahi pria itu.

“ Ada masalah? Sepertinya kau berada dalam mood yang buruk…” Woohyun memutuskan untuk mengambil cutter dan polyfoam, kemudian memotongnya sesuai bentuk yang sudah tercetak di sana.

“ Bukan urusanmu…” Heeyoung focus untuk membentuk kembali kursi yang dibuat Woohyun yang tadinya berbentuk tidak karuan karena kebanyakkan lem.

“ Kita kan teman, tidak ada salahnya menceritakan masalahmu padaku…”

“ Sejak kapan?”

“ Sejak kemarin…”

“ Aku tidak pernah menganggapmu teman…”

“ Tapi aku menganggapmu teman, tidak bisakah kau melakukan hal yang sama padaku?”

“ Huh… tidak bisa, aku tidak berteman dengan sembarangan orang…”

Woohyun merasa kesal dengan sikap Heeyoung, ia sudah sangat sabar mengikuti permainan gadis itu tetapi sepertinya Heeyoung bukan tipe gadis yang mudah diajak berdamai.

“ Apa benar kau kekasih Luhan?”

Ne, untuk apa kau bertanya?”

“ Hhh… kukira kau gadis yang pintar…”

Heeyoung menatap Woohyun sambil mengangkat sebelah alisnya, ia tidak mengerti maksud ucapan pria itu.

“ Luhan sudah bertunangan… kau tahu apa artinya kan? Kau tidak memiliki harapan bersamanya… tidakkah kau mengerti?”

“ Ini sama sekali bukan urusanmu! Jangan pernah ikut campur…” Heeyoung tertawa sinis sebelum kembali focus dengan kegiatannya.

Jawaban Heeyoung yang terkesan menghindar memaksa Woohyun tutup mulut, tetapi dalam hati pria itu sangat penasaran hubungan yang dijalani Heeyoung, Luhan, dan tunangan Luhan. Ada apa dibalik itu semua? Mengapa firasatnya mengatakan hal yang berbeda? Satu hal lagi, mengapa ia harus peduli? Ini bukan urusannya, benar kata Heeyoung. Tapi pria itu hanya ingin tahu.

“ Aku akan mencari tahu dengan caraku sendiri…” Woohyun berbisik sambil tersenyum dan sepertinya Heeyoung sama sekali tidak menyadari bisikan pria itu.

***

One Week Later

Myungsoo memandang satu per satu wajah mahasiswi dan mahasiswa yang berada di kelasnya. Ia mengerutkan keningnya saat tidak mendapati wajah Jihyo di sana. Padahal hari ini ia berniat untuk menjalankan rencananya. Rencana yang diyakininya dapat membuatnya sedikit lebih dekat dengan Jihyo. Minimal satu langkah lebih mau daripada kemarin-kemarin.

“ Baiklah, seperti yang saya umumkan minggu lalu, dalam UTS kalian akan mendapatkan layout sebuah apartement dan kalian harus membuat Ceiling plan serta sketsa dua buah prespektif ruang public dan semi public yang harus dikerjakan dalam waktu hanya 4 jam. Waktu yang sangat singkat untuk mengerjakan itu semua oleh karena itu kalian harus menyiapkan alat-alat ini dan ketentuan untuk mengikuti UTS dan hal yang terpenting adalah time management… jangan terlambat karena tidak ada perpanjangan waktu… silahkan mencatat…” Myungsoo kembali ke tempat duduknya setelah memberikan bahan yang harus disiapakan para mahasiswi dan mahasiswanya dalam mengikuti UTS yang akan diadakan satu minggu lagi.

Myungsoo memijat keningnya, ia merasa sedikit pusing, mungkin karena efek kurang tidur. Semalam ia harus menyelesaikan proyeknya sehingga waktu tidurnya hanya tersisa dua jam. Seminggu ini ia terus memikirkan cara untuk mendekati Jihyo dan itu membuatnya terlihat tidak professional, membuat Myungsoo harus bekerja ekstra keras lebih keras dari sebelum-sebelumnya dan itu membuat waktu tidur dan waktu makannya berkurang.

Heeyoung sedang mencatat ketika ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Heeyoung membuka aplikasi LINE dan mendapati ada chat Luhan di sana. Gadis itu tersenyum miris, ia tahu hari ini Luhan dan Jihyo sedang melakukan sesi fot pra-wedding yang mengharuskan Jihyo dan Luhan bolos kuliah hari ini.

Heeyoung mendapati Luhan mengirimkan foto padanya, gadis itu membuka foto yang dikirimkan Luhan dan tersenyum. Foto candid pria itu yang sedang mengenakan tuxedo.

‘ Bagaimana ? Aku tampan kan? Hahaha…’

Heeyoung mengetikkan balasan untuk Luhan dan segera meletakkan ponselnya sebelum Myungsoo memergokinya sedang memainkan handphone saat pelajaran. Sesungguhnya Heeyoung berharap ia yang sedang melakukan sesi foto pra-wedding bersama Luhan tetapi ia tahu itu semua hanyalah harapan semua yang berusaha digalinya.

***

Jihyo tersenyum memandang gaun yang dikenakannya untuk sesi foto pra-wedding, gaun yang simple namun elegant. Untuk sesi foto ini sendiri, ia mengenakan lima buah kostum yang berbeda. Sejujurnya ia sudah sangat lelah dengan sesi foto yang berlangsung sejak kemarin itu dan ini adalah sesi foto terakhir dengan gaunnya yang sekarang.

Setelah kemarin ia berpose menggunakan hanbok dan hari ini ia mengenakan berbagai macam gaun yang menurutnya berat dan membuatnya cepat lelah, untung saja gaun pernikahannya sendiri tidak seberat gaun-gaun tadi sehingga ia tidak perlu takut kesulitan untuk berjalan saat pemberkatan maupun resepsi pernikahannya nanti berlangsung nanti.

Jihyo bersyukur selama sesi foto, Luhan berakting dengan baik setelah sebelumnya ia berpikir Luhan akan berfoto dengan pose cemberut dan menghancurkan sesi foto pra-wedding mereka, namun ia sekali lagi harus bersyukur karena Luhan sepertinya baik-baik saja dengan itu semua walaupun tetap saja ia belum melihat cinta di mata Luhan, setidaknya pria itu tulus melakukannya. Itu artinya mungkin pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja.

Dari kejauhan Jihyo bisa melihat Luhan sedang memainkan ponselnya, dari ekspresi senang pria itu, sepertinya Jihyo tahu apa yang sedang dilakukan Luhan. Dengan perlahan gadis itu mendekatkan dirinya pada Luhan.

“ Luhan…”

“ Ah, kau… ada apa?”

“ Lu, apa kau tidak lagi merasa keberatan dengan pernikahan ini?” Jihyo bertanya dengan hati-hati, takut menyinggung Luhan akibat perkataannya.

“ Hhhh, maaf harus mengatakan ini, Jihyo… tapi aku masih belum bisa menerima ini sepenuhnya, tapi aku berjanji akan menjadi suami yang baik untukmu sebagai ganti cinta yang tidak akan pernah bisa kuberikan padamu… kau adalah istriku nantinya, aku akan memandang dan memperlakukanmu demikian… maaf kalau selama ini aku bersikap kasar padamu…” Luhan meraih tangan Jihyo dan menggenggamnya, ia tidak ingin menyakiti gadis itu, setidaknya Jihyo adalah gadis yang baik di mata Luhan.

Jihyo merasa senang sekaligus kecewa di saat bersamaan, ia mengira Luhan bersedia memberikan kesempatan pada pernikahan mereka tetapi nyatanya belum apa-apa ia sudah ditolak secara halus oleh Luhan. Ia memang patut bersyukur setidaknya pria itu tidak bersikap dingin padanya, namun memperlakukannya seperti ini malah membuatnya merasa semakin jatuh. Jatuh ke pesona pria itu dan sampai kapanpun akan sulit diraihnya.

“ Terima kasih, Luhan… aku juga akan berusaha…” seolah-olah ada duri yang baru ditancapkan dalam hatinya saat Jihyo berbicara seperti itu. Sama saja seperti ia menerima keputusan Luhan untuk hanya menganggapnya sebagai ‘istri’ bukan sebagai wanita seutuhnya. Hal itu sangat mengecewakan, tetapi ia yakin seiring berjalannya waktu, ia mampu menggapai Luhan dan membawa pria itu ke dalam pelukannya. Hanya perlu kesabaran dan trik hingga membuat Luhan jatuh dalam pelukannya.

***

The Day Before The Wedding

Hari-hari berlalu dengan cepat, Heeyoung bahkan tidak sadar, hari yang dikutuknya sejak awal akhirnya tiba. Besok Luhan dan Jihyo akan menikah, ia bahkan menerima undangan pernikahan mereka dua hari yang lalu. Tangannya bahkan gemetaran saat membuka undangan bersampul emas tersebut. Ada luka yang semakin melebar saat ia mencoba menerima kenyataan bahwa Luhan akan menjadi milik Jihyo.

Sepenuhnya…

Ada keinginan untuk menolak kenyataan itu tetapi ia tidak bisa, Luhan memang akan menjadi milik Jihyo, sah secara hukum dan sah dihadapan Tuhan. Apa kuasanya sekarang? Ia hanya bisa menunduk dan meratapi pernikahan mereka berdua.

“ Harusnya sejak awal aku menentangnya, tetapi mengapa hatiku mengatakan bahwa aku harus membiarkan pernikahan mereka?” Heeyoung meremas rambutnya, ia terduduk di lantai kamarnya yang dingin.

“ Sekarang aku harus bagaimana, aku akan kehilanganmu, Luhan…”

Tok Tok Tok

“ Maaf, nona, Tuan Luhan datang menemui anda…”

Heeyoung membuka matanya, ia menghapus genangan air mata yang berada di pipinya sekaligus mengecek penampilannya. Ia tidak ingin terlihat menyedihkan jika bertemu dengan Luhan, ia harus tampil sebagai gadis yang tegar dalam menghadapi semuanya walaupun hatinya menjerit kesakitan.

Heeyoung membuka pintu kamarnya dan mendapati Luhan berada di sana. Heeyoung berusaha tersenyum dan mempersilahkan Luhan masuk ke dalam kamarnya.

“ Bukankah harusnya kau menghadiri pesta lajang?” Heeyoung tersenyum sambil kembali mengecek penampilannya di kaca.

“ Hahaha, untuk apa? Aku masih kuliah dan akan bertemu dengan teman-temanku lagi … bahkan besok mungkin akan sepi karena hari Senin sudah masuk dalam Ujian Tengah Semester. Eomma salah memilih tanggal pernikahan…” Luhan tertawa dan berharap Heeyoung menanggapi leluconnya, namun nyatanya gadis itu hanya diam.

“ Hee…”

“ Aku tidak apa-apa, Luhan…”

Tanpa diberitahu oleh siapapun, Luhan tahu, Heeyoung tidak dalam keadaan ‘baik-baik saja’.

***

Jihyo mengikuti keinginan Myungsoo untuk bertemu, gadis itu melangkahkan kakinya menyusuri sungai Han. Ia mencari-cari sosok Myungsoo dan menemukan pria itu sedang berada di salah satu kursi yang berada di sana.

“ Sudah lama menunggu?” Jihyo mendudukkan tubuhnya di sebelah Myungsoo. Ia bisa menangkap pria itu tersenyum walaupun belum mengalihkan wajah ke arahnya.

“ Tidak menyangka ya… waktu berjalan begitu cepat…”

Ne…”

“ Besok kau akan menikah, selamat, Jihyo-ahaku turut berbahagia.”

Jihyo merasakan ada yang mencubit hatinya saat Myungsoo mengatakan hal itu, entah mengapa ia tidak merasa senang sama sekali dengan ucapan selamat dari Myungsoo, gadis itu malah terdiam sambil memainkan jari-jari tangannya, tiba-tiba ia merasa dingin di sekujur tubuhnya. Ia tidak tahu apakah udara malam Seoul mendadak membuatnya merasa kedinginan.

Minggu depan memang sudah memasuki awal musim gugur, namun itu baru minggu depan, mengapa ia merasakan dinginnya sekarang?

Myungsoo meraih tangan Jihyo dan menggenggamnya dalam diam, Jihyo menurut dan merasakan kehangatan tubuh pria itu perlahan menjalar dan menular ke dalam tubuhnya. Jihyo merindukan kehangatan pria itu, kehangatan yang dulu selalu didambakannya sebelum ia akhirnya memutuskan melepaskan Myungsoo.

“ Aku mencintaimu, Jihyo…”

Deg!

Kata-kata itu bagaikan kata pamungkas yang berhasil membuat Jihyo bungkam. Jantungnya mendadak berdetak tak karuan, seolah ritme yang tadinya monoton terganggu oleh sesuatu dan mengacaukan langkahnya. Jihyo merasa kurang nyaman dengan pengakuan tiba-tiba dari Myungsoo.

“ Jangan bilang kalau kau sudah menduganya… ternyata aku memang bukan siapa-siapa lagi bagimu… benarkan?”

“ Tidak, kau… kau hanya… kau sudah kuanggap sebagai sahabat… ya sahabat…”

Entah mengapa kata sahabat sekarang menjadi sangat menyakitkan baik bagi Jihyo maupun Myungsoo. Mereka sama-sama terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Kalau boleh jujur, Jihyo masih merasa ada yang belum selesai antara dirinya dan Myungsoo.

“ Maaf tidak pernah berani mengatakannya langsung, tetapi perasaan ini tidak hilang, Jihyo, bahkan jika mungkin kau akan menikah besok, aku tidak akan melupakan perasaan ini, perasaan yang membuatku tetap hidup sampai detik ini, walaupun pada akhirnya aku tidak akan bisa memilikimu, aku akan berusaha bahagia untukmu…”

Jihyo tidak tahu setan apa yang merasukinya, namun ia benar-benar tidak ingin kehilangan Myungsoo, entah untuk alasan apa, persetan besok adalah hari pernikahannya, ia hanya ingin menuruti kata hatinya. Jihyo mendekatkan wajahnya pada wajah Myungsoo dan mengecup bibir pria itu. Awalnya hanya kecupan singkat, namun Myungsoo membalas ciuman Jihyo.

Mereka berbagi kehangatan dan rasa sakit di saat yang bersamaan diiringi jatuhnya air mata Jihyo yang mengalir tanpa henti di tengah ciuman mereka.

“ Maaf, maafkan aku…”

Jihyo mengambil tasnya dan segera pergi dari sana, Myungsoo setengah tidak rela melepaskan ciuman Jihyo, namun pria itu hanya diam memandang kepergian Jihyo.

***

Luhan memeluk Heeyoung yang sedang menangis dalam pelukannya. Pria itu tidak pernah tega melihat gadisnya menangis, tetapi hari ini ia membiarkan Heeyoung menangis sepenuhnya, sebelum besok, hari di mana Luhan ingin Heeyoung tersenyum walaupun hal itu terasa mustahil. Heeyoung bahkan mungkin akan kelihatan lebih parah dibandingkan dengan saat Luhan dan Jihyo akan bertunangan dulu.

“ HAHAHA! Maaf, Luhan, aku malah menangis, padahal harusnya aku bahagia…” Heeyoung bangkit dari posisi duduknya dan segera mengambil sebotol Wine yang sengaja ia siapkan untuk merayakannya berdua dengan Luhan.

“ Aku sudah menyiapkan ini…” Heeyoung menungkan Wine ke dalam dua buah gelas yang sudah disiapkannya. Gadis itu segera memberikan salah satunya pada Luhan.

“ Bersulang untuk acara penikahanmu besok…” Heeyoung mengangkat gelasnya, diikuti Luhan yang mempertemukan bibir gelasnya dan bibir gelas Heeyoung sebelum keduanya menenggak cairan asam beralkohol itu.

“ Aku tidak bahagia, Hee… kau harus tahu itu…” Luhan meletakkan gelasnya, sementara Heeyoung menuangkan cairan Wine lagi ke dalam gelas mereka berdua yang kini sudah kosong.

“ Kau harus bahagia Luhan!” Heeyoung berusaha mengabaikan rasa sakitnya, yang ia lakukan hanya memendamnya dengan meminum Wine sebanyak mungkin yang ia bisa, berharap Wine bisa berubah menjadi ‘pain killer’ dan ia bisa menerima kalau Luhan besok akan menjadi suami dari Park Jihyo, sahabatnya sendiri.

“ Maaf, sayang, aku tidak bisa… aku hanya bisa bahagia jika aku bersama denganmu…”

Tangan Heeyoung mulai gemetar, ia meminum Wine dari gelasnya, ini sudah gelas keempatnya dan kepalanya mulai terasa pusing.

“ Aku selalu berharap, aku bangun di pagi hari di mana ada kau disampingku… aku memeluk tubuhmu dan menciummu sepuasku… lalu aku berangkat ke kantor dan kau di rumah… atau kau pergi ke kantor bersamaku… lalu ketika pulang kita bisa menghabiskan waktu berdua sampai kau mengandung dan melahirkan anak kita… kita merawatnya bersama… melihatnya tumbuh besar dan kemudian kau melahirkan anak kedua kita… dan seterusnya sampai anak-anak kita dewasa… menemukan pekerjaan dan pasangan hidup mereka… mereka menikah dan meninggalkan kita… kita hidup berdua… aku berharap Tuhan memanggil kita bersama… dalam posisi berpelukan atau bergandengan tangan… aku dan kau dengan rambut memutih, tersenyum bersama, menyongsong kehidupan kekal di surga-Nya…”

Heeyoung menenggak Wine yang tersisa di gelasnya, tangisnya tak lagi terbendung. Itu adalah impian sederhana mereka, Luhan sudah sering mengucapkannya bahkan mereka sudah merencakan konsep pernikahan mereka dan bagaimana mereka akan berbulan madu. Bahkan ia dan Luhan berencana menentukan nama anak-anak mereka. Laki-laki maupun perempuan. Heeyoung bahkan pernah membeli sepasang baju bayi, laki-laki dan perempuan dan menunjukkannya pada Luhan dan pria itu tersenyum sambil mengatakan kalau terlalu dini untuk membeli perlengkapan bayi sekarang, di saat mereka bahkan belum menikah.

“ Luhan, aku hanya ingin kau tahu, aku akan terus mencintaimu walaupun kau tidak lagi menjadi milikku, walaupun kau mungkin akan lupa padaku dan mencintai Jihyo, bahagia bersamanya, memiliki anak darinya, tertawa dan menghabiskan sisa hidup kalian berdua, aku akan tetap di sini, Luhan… mengenang setiap waktu yang kita lalui bersama sampai ajal menjemputku nanti, aku akan tetap mencintaimu, sepanjang hidupku, selamanya…”

Luhan berlutut di hadapan Heeyoung, pria itu meraih tangan Heeyoung dan menciumnya dengan lembut, sebelum beranjak mencium bibir gadis itu. Ciuman mereka dipenuhi kesesakkan dan air mata. Luhan meraih tubuh Heeyoung dan membaringkannya di atas sofa sementara ia berada di sebelah gadis itu, berdesakkan di atas sofa, ciuman mereka semakin terasa sakit di saat Luhan semakin memperdalamnya.

Semua luka, semua penyesalan, semua kekecewaan, semua kemarahan, semua rasa sakit, bercampur menjadi satu dalam ciuman mereka. Luhan meraih tengkuk Heeyoung berusaha memperdalam ciuman mereka. Heeyoung mengizinkan Luhan memasukkan lidahnya, lidah mereka berperang, Luhan mengabsen gigi Heeyoung satu per satu, rasa ciuman mereka didominasi rasa pahit, karena perasaan mereka yang luar biasa kacau.

Perlahan ciuman biasa mereka menjadi panas saat Heeyoung meraba bagian sensitive Luhan membuat pria itu mendesah di tengah ciuman mereka, tangannya bahkan sudah meraba-raba ke dalam kaos yang dikenakan Heeyoung, mencari pengait bra gadis itu dan melepaskannya dengan mudah. Lalu ia mulai meremas payudara gadis itu membuat Heeyoung merasakan sensasi aneh yang baru pertama kali dirasakannya seumur hidupnya.

Seolah kehilangan kesadaran dan akal sehatnya, Heeyoung mendorong tubuh Luhan hingga mereka berdua jauh ke atas karpet kamar Heeyoung, Heeyoung bahkan mulai membuka satu per satu kancing kemeja Luhan di saat pria itu merambah daerah lehernya, membuat kissmark sebanyak mungkin di sana.

Luhan menghentikkan ciumannya, ia melepaskan kemejanya sepenuhnya dan membuat tubuh bagian atasnya terekspos, kemudian ia menatap mata Heeyoung dalam diam seolah meminta izin. Gadis itu awalnya ragu, ia dan Luhan sudah sejauh ini, terlambat jika ia ingin menghentikan permainannya di sini.

Di saat ia hampir memiliki Luhan seutuhnya dan Luhan memiliki dirinya seutuhnya…

“ Hee, haruskah?” Luhan bertanya di sela-sela ciumannya, tangannya sudah bersiap membuka kaos yang dikenakan Heeyoung, gadis itu masih diam.

Sebelum akhirnya ada kata-kata yang meluncur keluar dari bibirnya…

“ Aku menyerahkan hartaku yang paling berharga padamu, Luhan… agar kau tahu aku hanya bisa menyerahkannya padamu, pada laki-laki kedua yang paling berharga bagiku setelah ayahku sendiri… aku juga ingin dengan ini kau berjanji tidak akan pernah lepas dari genggaman tanganku, Luhan… Luhan, tolong… renggut kehormatanku sekarang…”

***

To Be Continued

8 thoughts on “[Korean Fanfiction/ Straight/ Series] Never Reachable (Chapter 5 – Insomnia)

  1. 1 kalimat untuk mama nya luhan
    APA AOAAIN SIH NIH ORNG APA” MATA MATAIN ORNG CK MAU TSU BNGET PYLAA CK KEPOOO BNGET SIH MAMA LUHAN -_-

    semuaaa kaya nya apa pe asaran ama heeyoung yaaa semoga aja dengan bgni heeyoubg bisa terhindar dri patah hati

    Ebtah knpa kayanya mama lu ada sesuatu yg di tutupin tntang heeyong y APA DIA MAMA KANDUNG NYA HEETOUNG JD DIA GK MW ANAK NYA NIKAH GTU -_-

    • hahahahah simpen tebakkanmu buat chapter depann chingu ^^
      bakalan lebih keungkap sedikit2 dari chapter 7

      emang ada yang ditutupin kok soal Heeyoung dan itu jadi salah satu
      konflik inti di ff ini
      sabar yaa chinguu nanti juga diceritain

      makasih udah baca + komen ^^

  2. Halooo salam kenal chingu. Aku readers bari nih ^^ baru nemu ff kamu.

    Penasaran banget sama rahasia yg ditutupi mama luhan

    Gimana kehidupan luhan jihyo kalo uda nikah nnti , aaaa penasaran ^^

  3. Mmmmmmmmmmm i-i-itu LuHee beneran bakal ‘anu’ ?? Kan luhan mau nikah besok nya O_O ntar heeyoung hamil gmna? Etapi gpp sih 😀
    Nyonya Lu knapa sih gitu bgt dih, benci bgt kyk nya sama heeyoung, apa ada hubungan nya sama perusahaan? Atau bhkan sama ayah nya heeyoung? /soktau/
    Entah knpa gak bisa berhenti benci jihyo, malah makin benci aja sama jihyo, walopun ada beberapa alasan jihyo keliatan kasihan, tp ttep aja benci dia, apalagi kalo udah soal luhan -__-
    Eh itu ada Sehun _<
    Pokok nya maksaaaaa !!!! /lalu digampar/ 😀

  4. Koment nya kepotong -__-
    Lnjutannya 😀 =
    Eh itu ada Sehun ❤ berperan jd apa dia? Apa ada hubungan nya lg sama Heeyoung/jihyo ???
    Pengen bgt Heeyoung maenin 'kekuasaan' deh, kyk nya bakal seru gitu.. Kan heeyoung lebih kaya kan dr luhan, jihyo, dll disini ?? Ayolaahh heeyoung mainkan kekuasaan mu…
    . Pokok nya maksa buat cepet update next chapter.

    • halllooo maaf baru balas komennya ^^
      iyaa nihhh mamanya luhan bakalan kejawab kenapa dia benci sama heeyoung tapi masih agak lama setelah perseteruan dua sejoli ini berakhir(?)
      sehun salah stau tokoh penting di sini tapi perannya nanti baru ketauan *sokrahasiasemua
      heeyoung bakalan maenin kekuasannya kok walaupun ga gtu ketara(?)

      lanjutannya aku udah post di depan yaaa ^^
      makasih udah baca + komen ^^

Leave a reply to laychen Cancel reply